BANDAR LAMPUNG, — Pemerintah Kota Bandar Lampung melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan terus mendorong transformasi dunia pendidikan menuju lingkungan yang lebih aman dan ramah bagi anak. Salah satu langkah konkretnya adalah dukungan terhadap kegiatan bimbingan teknis (bimtek) yang digelar SMPN 7 Bandar Lampung pada 19-20 Juni 2025.
Bimtek ini mengusung tiga fokus utama: Konvensi Hak Anak, Sekolah Ramah Anak (SRA), dan Penerapan Disiplin Positif Berperspektif Hak Anak. Kegiatan diikuti seluruh tenaga pendidik dan dibuka langsung oleh Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Bandar Lampung, Eka Afriana.
“Kami ingin menyamakan persepsi tentang pentingnya pendidikan ramah anak. Bimtek ini adalah bagian dari upaya menciptakan lingkungan sekolah yang menyenangkan, aman, dan bebas dari kekerasan,” ujar Eka Afriana dalam sambutannya, Kamis (19/6).
Baca Lainnya :
Pemkot Bandar Lampung Genjot Pembentukan 126 Koperasi Tapis Berseri Dukung UMKM Lokal0
Blak-blakan Mentan Amran Sebut Ada Pejabat Kementan Jadi DPO Kasus Mafia Pangan 0
Hadiri Halal Bihalal PKS, Eva Dwiana Ajak Bersinergi Bangun Kota Bandar Lampung0
Grand Final Muli Mekhanai 2025: Eva Dwiana Harap Finalis Jadi Duta Budaya dan Pariwisata Andal0
Eva Dwiana Buka Diklat Satgas RETINA: Bentuk Remaja Tangguh Anti Narkoba dan Judi Online0
Eka menegaskan, sekolah ramah anak bukan sekadar jargon, melainkan sebuah sistem yang menyentuh langsung proses belajar mengajar. Ia berharap SMPN 7 bisa menjadi pelopor dan model bagi sekolah lain di Bandar Lampung dalam penerapan prinsip-prinsip ramah anak.
“Lingkungan sekolah yang aman dan nyaman akan menumbuhkan rasa senang dan percaya diri siswa dalam belajar. Guru harus menjadi garda terdepan dalam menjamin perlindungan anak dari kekerasan, diskriminasi, dan perlakuan tidak adil lainnya,” ucapnya.
Kepala SMPN 7 Bandar Lampung, Juwariyah, mengatakan bimtek menghadirkan narasumber dari Asosiasi Pendidik Perspektif Hak Anak, Ahmad Ashari. Menurutnya, pelatihan ini penting untuk memberi pemahaman menyeluruh kepada guru dalam mengadopsi pendekatan disiplin positif.
“Kami optimistis bisa mewujudkan predikat sekolah ramah anak. Kegiatan ini membuka ruang dialog antara guru dan narasumber untuk menyelaraskan logika berpikir guru dengan dunia anak,” kata Juwariyah.
Sementara itu, Ahmad Ashari yang juga menjabat Sekretaris Umum Asosiasi Pendidik Perspektif Hak Anak, menyoroti masih banyaknya guru yang menggunakan pendekatan komunikasi dan pendisiplinan dengan logika orang dewasa, yang tidak selaras dengan dunia psikologis anak.
“Tujuan orang dewasa sebenarnya baik, tapi cara penyampaiannya seringkali tidak sesuai dengan kebutuhan emosi anak. Maka diperlukan perubahan perspektif dan pendekatan yang lebih manusiawi serta partisipatif,” tegasnya.
Ia juga mengapresiasi fasilitas SMPN 7 Bandar Lampung yang dinilai sudah memenuhi infrastruktur dasar sekolah ramah anak, seperti keberadaan kantin, toilet layak, ruang kelas nyaman, dan lingkungan bersih.
“Infrastruktur di sini sudah sangat memadai. Sekolah ini bisa menjadi rujukan bagi sekolah lain dalam menyiapkan lingkungan pendidikan yang sehat secara fisik dan psikologis,” tambah Ahmad.
Pemkot Bandar Lampung melalui Disdikbud menyatakan akan terus mendorong perluasan program SRA di seluruh satuan pendidikan. Transformasi sekolah ramah anak dinilai menjadi fondasi penting dalam membentuk generasi yang sehat, kritis, dan berkarakter.
(red)